5Blogger – Kebenaran soal asal-usul barang branded diproduksi di China menjadi sorotan setelah klaim dari produsen China viral di media sosial. Muncul pertanyaan besar: benarkah barang mewah berlabel “Made in Italy” atau “Made in Switzerland” justru diproduksi sebagian besar di China?
Menurut Regina Frei, profesor sistem berkelanjutan di University of the Arts London, jawabannya tidak bisa sesederhana ya atau tidak. Ia menjelaskan, banyak merek mewah global memang menggunakan produsen China untuk membuat bagian-bagian produk seperti kerangka jam tangan atau kemasan tas, sebelum produk akhir dirakit di Eropa.
“Simak Juga: Makna The Last Supper dalam Iman Kristen”
“Namun, rantai pasokan industri barang mewah sangat tidak transparan,” jelasnya kepada CNN. Bahkan, pabrik yang berlokasi di Italia bisa saja dimiliki atau dijalankan oleh perusahaan China. Tas tangan misalnya, bisa dirakit lebih dulu di negara lain lalu hanya diselesaikan di Prancis agar memenuhi syarat pelabelan “Made in France”.
Meskipun bagian-bagian dari produk mewah diproduksi di China, membeli langsung dari pabrik bukan jaminan mendapatkan barang berkualitas sama. Tidak ada jaminan pengendalian kualitas, layanan garansi, ataupun pengembalian barang. Selain itu, pembeli bisa menghadapi tarif bea masuk hingga 145 persen akibat kebijakan perdagangan baru dari pemerintahan Trump.
Para ahli memperkirakan bahwa pembelian dari situs seperti AliExpress atau DHgate akan menjadi lebih mahal karena penghapusan aturan bea bebas untuk barang di bawah USD 800.
Seorang kreator TikTok bernama Wang Sen mengklaim sebagai produsen resmi untuk merek-merek mewah, sambil menunjukkan rak berisi tas mirip Hermes Birkin. “Mengapa tidak beli langsung dari kami?” ujarnya, menawarkan harga jauh lebih murah dari harga eceran resmi.
Namun, para pakar menyangsikan keaslian klaim tersebut. Perusahaan besar seperti Chanel atau Lululemon umumnya menandatangani perjanjian kerahasiaan dengan pabrik mereka. Hal ini membuat sangat kecil kemungkinan produsen sah akan menjual langsung ke konsumen.
Meski videonya sudah dihapus TikTok, dampaknya besar: aplikasi DHgate langsung melesat ke posisi #2 App Store AS, dan Taobao naik ke posisi #7.
Lululemon langsung membantah tuduhan bahwa legging seharga USD 98 buatan mereka berasal dari pabrik TikTok tersebut. Dalam pernyataan resminya, Lululemon menegaskan mereka tidak bekerja sama dengan pabrik yang disebutkan dan memperingatkan publik terhadap produk palsu.
“Produsen resmi umumnya terikat kontrak untuk menjaga kerahasiaan dan tidak mungkin menjual barang secara terbuka,” ujar Hao Dong, dosen manajemen dari University of Southampton.
Konten viral ini memperlihatkan satu hal penting: betapa besarnya ketergantungan dunia terhadap manufaktur China, bahkan untuk barang-barang eksklusif. Ketika tarif tinggi diberlakukan, konsumen mungkin kehilangan akses terhadap produk favorit mereka atau harus membayar lebih mahal.
“Baca Juga: Benarkah Creamer pada Kopi Berbahaya bagi Kesehatan?”
This website uses cookies.