General

Trump Resmi Naikkan Tarif Negara BRICS 10%, RI Terdampak?

5Blogger – Tarif negara BRICS menjadi sorotan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan perdagangan baru yang agresif. Melalui akun media sosial pribadinya, Trump menegaskan bahwa AS akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 10% bagi semua negara yang dianggap berpihak pada kebijakan anti-Amerika yang diusung kelompok BRICS.

Peringatan Tegas dari Trump

“Setiap negara yang berpihak pada kebijakan anti-Amerika BRICS akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10%. Tidak akan ada pengecualian terhadap kebijakan ini,” tegas Trump, Senin (7/7/2026).

Trump menambahkan bahwa surat resmi terkait tarif negara BRICS akan mulai dikirimkan pada hari yang sama. Surat tersebut akan memuat rincian tarif khusus yang dikenakan kepada masing-masing negara, serta perjanjian bilateral yang mungkin akan dinegosiasikan secara terpisah.

“Baca Juga: Donald Trump Kesel Setelah Bicara dengan Putin, Apa Sebabnya?”

Kebijakan ini disampaikan di tengah berlangsungnya pertemuan puncak BRICS di Brasil pekan ini. BRICS, yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, kini telah berkembang menjadi kelompok yang lebih besar. Terdapat tambahan anggota baru seperti Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Indonesia.

Indonesia Berpotensi Terdampak

Masuknya Indonesia dalam keanggotaan BRICS tentu membuat posisi negara ini menjadi sorotan dalam kebijakan tarif baru Trump. Meski hingga kini belum ada rincian lebih lanjut mengenai produk atau sektor yang akan terkena dampak langsung, potensi gangguan pada arus ekspor dan impor Indonesia dengan AS menjadi perhatian serius.

Indonesia memiliki sejumlah sektor yang sensitif terhadap perubahan tarif, seperti tekstil, produk elektronik, hingga sektor otomotif. Peningkatan tarif ini bisa membuat produk Indonesia menjadi kurang kompetitif di pasar Amerika Serikat. Hal ini memaksa pelaku usaha untuk mencari pasar alternatif dengan lebih agresif.

Selain itu, kebijakan ini berpotensi memicu tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah dan meningkatkan biaya impor bahan baku yang masih banyak bergantung pada pasar AS dan mitra BRICS lainnya.

Potensi Perang Dagang Baru

Langkah Trump ini dipandang sebagai sinyal babak baru perang dagang yang dapat memicu ketegangan global. Jika negara-negara BRICS membalas dengan kebijakan serupa, dunia bisa menghadapi perlambatan perdagangan internasional yang lebih dalam.

Para analis menilai, kebijakan tarif yang keras dapat menekan pertumbuhan ekonomi global. Hal ini meningkatkan ketidakpastian pasar, dan menggoyang stabilitas investasi lintas negara. Investor diprediksi akan lebih berhati-hati dalam menanamkan modal di negara-negara yang berpotensi terkena dampak tarif baru ini.

Langkah Antisipasi Indonesia

Dalam menghadapi situasi ini, Indonesia perlu mengambil strategi mitigasi yang cepat dan terukur. Diversifikasi pasar ekspor, optimalisasi perjanjian dagang regional seperti ASEAN dan RCEP, serta peningkatan daya saing produk lokal menjadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS.

Pemerintah juga perlu menjalin komunikasi diplomatik yang lebih intensif untuk memastikan bahwa dampak kebijakan ini dapat diminimalisir. Penguatan pasar domestik serta percepatan hilirisasi industri dalam negeri menjadi langkah strategis untuk menjaga daya tahan ekonomi nasional di tengah guncangan global yang semakin kompleks.

“Simak Juga: Jangan Hentikan Pengobatan TBC Sembarangan, Ini Risikonya”