5Blogger – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengizinkan China untuk kembali melanjutkan pembelian minyak dari Iran. Hal ini dilakukannya setelah tercapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa keputusan tersebut bukan berarti pelonggaran resmi atas sanksi Amerika Serikat terhadap Teheran.
“China sekarang dapat terus membeli minyak Iran. Semoga mereka juga membeli banyak dari AS,” tulis Trump dalam unggahan di platform Truth Social, beberapa hari setelah ia memerintahkan pengeboman terhadap tiga fasilitas nuklir Iran.
Seorang pejabat senior Gedung Putih menjelaskan bahwa pernyataan Trump lebih merupakan pengakuan atas fakta bahwa Iran hingga kini belum menutup Selat Hormuz, jalur vital pengiriman minyak dunia yang sangat penting bagi China sebagai importir utama minyak Iran.
“Simak Juga: MPR RI Goes to Campus di USU, Dorong Transisi Energi”
“Presiden tetap mendorong China dan negara lain untuk membeli minyak dari AS, bukan dari Iran yang dibeli secara ilegal dan melanggar sanksi AS,” kata pejabat tersebut.
Komentar Trump ini langsung memicu sentimen negatif di pasar minyak global. Harga minyak anjlok hampir 6% pada Selasa waktu setempat. Hal ini terjadi setelah pengumuman gencatan senjata dan pernyataan dari Trump yang dianggap memberi ruang bagi China membeli minyak Iran.
Sikap Trump kali ini bertolak belakang dengan kebijakan kerasnya pada Februari lalu. Saat ia kembali memberlakukan “tekanan maksimum” untuk menekan ekspor minyak Iran hingga nol. Kala itu, Trump berupaya membatasi pendapatan Iran demi menghentikan dukungan Teheran terhadap kelompok-kelompok militan di Timur Tengah.
Bahkan, AS sempat menjatuhkan sanksi tegas terhadap kilang kecil swasta dan operator pelabuhan di China yang kedapatan membeli minyak Iran.
Namun, menurut Scott Modell, mantan perwira CIA dan CEO Rapidan Energy Group, pernyataan terbaru Trump menunjukkan indikasi bahwa penegakan sanksi mulai melonggar. “Lampu hijau dari Presiden Trump kepada China menandakan kembalinya standar penegakan sanksi yang longgar,” ujar Modell.
Meski begitu, Modell memperkirakan sanksi tidak akan dicabut dalam waktu dekat, karena masih menjadi kartu penting dalam perundingan nuklir AS-Iran yang akan dibuka kembali.
Jeremy Paner, mitra di firma hukum Hughes Hubbard & Reed, menambahkan bahwa menangguhkan sanksi membutuhkan proses birokrasi panjang. Ini termasuk penerbitan lisensi oleh Departemen Keuangan dan persetujuan dari Departemen Luar Negeri yang harus diberitahukan kepada Kongres.
Di sisi lain, para analis minyak Asia menilai pernyataan Trump belum akan mengubah pola impor minyak China dalam waktu dekat. Saat ini, sekitar 13,6% impor minyak China berasal dari Iran, sebagian besar dengan harga diskon. Sementara itu, minyak AS hanya mencakup sekitar 2% dari total impor China dan masih terkena tarif 10% yang membatasi pembelian lebih lanjut.
“Baca Juga: Tragis! Miliuner India Sunjay Kapur Tewas Usai Menelan Lebah”
This website uses cookies.