5Blogger – Tahun 2024 mencatatkan rekor suhu global terpanas, dipicu oleh peningkatan gas rumah kaca yang memengaruhi berbagai aspek iklim dunia. Laporan tahunan dari World Meteorological Organization (WMO) yang dirilis pada Rabu (19/3) mengungkapkan bahwa fenomena ini semakin mempercepat pencairan es, mengangkat permukaan laut, dan membawa dunia semakin dekat ke ambang batas pemanasan yang mengkhawatirkan.
Menurut laporan tersebut, suhu rata-rata global pada 2024 mencapai 1,55 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri (1850–1900). Angka ini melampaui rekor tahun 2023 yang sebelumnya tercatat 1,45 derajat Celsius, menunjukkan kenaikan 0,1 derajat hanya dalam waktu satu tahun. Perjanjian Paris 2015 menetapkan target untuk membatasi kenaikan suhu global maksimal 1,5 derajat Celsius guna menghindari dampak terburuk perubahan iklim.
“Simak Juga: Dokumen Pembunuhan John F Kennedy Dirilis Trump”
John Kennedy, koordinator ilmiah WMO, menjelaskan bahwa meskipun angka suhu tahunan telah melebihi target tersebut, satu tahun di atas 1,5 derajat belum berarti bahwa batas perjanjian telah terlampaui secara resmi. Meskipun demikian, ada kemungkinan untuk melampaui ambang batas ini akibat ketidakpastian dalam data yang ada.
Selain peningkatan gas rumah kaca, laporan WMO juga mencatat beberapa faktor lainnya yang memicu pemanasan global pada 2024. Di antaranya adalah:
Pemanasan global ini berimbas pada berbagai bencana cuaca ekstrem di seluruh dunia. WMO melaporkan bahwa gelombang panas, kekeringan, dan krisis pangan terjadi di banyak negara. Selain itu, banjir dan kebakaran hutan menyebabkan lebih dari 800.000 orang mengungsi, jumlah tertinggi sejak 2008. Suhu laut juga tercatat mencapai rekor tertinggi, menyebabkan peningkatan keasaman laut akibat peningkatan CO₂.
Selain itu, pencairan gletser dan es laut terus berlangsung dengan kecepatan yang mengkhawatirkan, menyebabkan kenaikan permukaan laut mencapai titik tertinggi baru. Laju kenaikan permukaan laut yang tercatat antara 2015–2024 adalah 4,7 mm per tahun, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan periode 1993–2002 yang tercatat 2,1 mm per tahun.
Kennedy memperingatkan bahwa pencairan es di kutub, baik di Arktik maupun Antartika, tidak hanya berdampak pada wilayah lokal. Namun, juga dapat mengubah pola sirkulasi samudra global yang pada akhirnya mempengaruhi iklim di seluruh dunia. Perubahan ini bisa memperburuk cuaca ekstrem, meningkatkan frekuensi bencana alam, dan mempercepat pemanasan global. “Apa yang terjadi di kutub tidak hanya berhenti di sana,” ujar Kennedy.
“Baca Juga: Penyakit Berbahaya yang Bisa Ditularkan Oleh Kucing Liar”
This website uses cookies.