5Blogger – Sebanyak 70 persen pelaku usaha hotel dan restoran di Jakarta berpotensi melakukan PHK massal akibat penurunan tingkat hunian. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono, menyatakan bahwa jika tidak ada intervensi kebijakan yang mendukung sektor pariwisata, pelaku usaha akan terpaksa melakukan PHK massal untuk mengurangi jumlah karyawan.
Menurutnya, pengurangan tenaga kerja bisa mencapai 10 hingga 30 persen, sementara sekitar 90 persen daily worker juga terancam diberhentikan. Data PHRI menunjukkan bahwa 96,7 persen pelaku usaha mencatat penurunan okupansi, yang berdampak langsung pada keberlangsungan operasional.
Survei PHRI mengungkapkan bahwa penurunan tertinggi berasal dari segmen pemerintahan, yang turun hingga 66,7 persen, imbas dari kebijakan efisiensi anggaran. “Penurunan ini semakin memperburuk ketergantungan industri terhadap wisatawan domestik,” ujar Sutrisno.
“Simak Juga: PM China Temui Prabowo, Sampaikan Salam dari Xi Jinping”
Kondisi diperburuk dengan rendahnya kontribusi wisatawan mancanegara. Data BPS mencatat, dari 2019 hingga 2023, kunjungan turis asing ke Jakarta hanya 1,98 persen per tahun dibanding wisatawan domestik. Sutrisno menilai strategi promosi pariwisata nasional belum efektif, dan mendesak pemerintah untuk memperbaikinya agar lebih menyasar pasar internasional.
Tak hanya penurunan okupansi, pelaku usaha juga menghadapi tantangan berat dari kenaikan biaya operasional. Tarif air PDAM naik hingga 71 persen, gas melonjak 20 persen, serta kenaikan UMP sebesar 9 persen tahun ini. Selain itu, mereka juga mengeluhkan regulasi administratif yang rumit, seperti izin lingkungan, sertifikat laik fungsi, hingga perizinan alkohol yang dinilai berbelit dan tidak efisien.
Sutrisno menegaskan bahwa sektor hotel dan restoran memberi kontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah, yakni sekitar 13 persen. Bahkan, lebih dari 603 ribu tenaga kerja di Jakarta menggantungkan hidup pada sektor akomodasi dan makanan-minuman.
Penurunan kinerja sektor ini diperkirakan akan berdampak pada UMKM, petani, pemasok logistik, hingga pelaku seni budaya, yang ekosistemnya terkait erat dengan industri pariwisata.
Ia meminta pemerintah pusat dan daerah tidak mengabaikan kondisi ini. Tanpa langkah pemulihan yang konkret, industri perhotelan dan restoran bisa masuk ke dalam krisis jangka panjang yang akan menular ke sektor lainnya.
“Baca Juga: Manfaat Biji Anggur, Harta Karun Kecil yang Sering Terbuang”
This website uses cookies.