5blogger – Konflik antara Israel dan Iran kembali memanas setelah keduanya melancarkan serangan militer pada Sabtu malam (14/6/2025). Aksi saling balas antara Israel dan Iran mengundang kekhawatiran global akan potensi pecahnya perang regional berskala besar, terutama setelah Israel memperluas target serangannya ke infrastruktur energi strategis Iran.
Salah satu serangan terbesar dilakukan Israel terhadap ladang gas South Pars, fasilitas gas terbesar Iran yang juga menjadi salah satu sumber energi utama dunia. Serangan ini memicu kebakaran hebat dan menghentikan sementara produksi gas di lokasi tersebut. Akibatnya, Iran langsung membatalkan perundingan nuklir yang dijadwalkan berlangsung di Oman bersama Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyebut pembicaraan tidak mungkin dilakukan saat negaranya menjadi sasaran serangan yang disebutnya “barbar.”
“Simak Juga: Mahasiswa FISIP USU Bangkitkan Semangat Belajar Anak Panti”
Militer Israel mengonfirmasi bahwa Iran telah meluncurkan sejumlah rudal dan drone ke wilayah mereka. Serangan balasan Iran menghantam beberapa titik, termasuk kota Haifa. Di pihak Israel, satu perempuan tewas dan belasan lainnya terluka setelah sebuah rudal menghantam permukiman di utara.
Sementara itu, Iran melaporkan lebih dari 78 korban tewas di hari pertama serangan, termasuk 29 anak-anak. Sebuah rudal bahkan menghancurkan apartemen 14 lantai di Teheran. Serangan ini menimbulkan trauma dan amarah besar di kalangan warga sipil.
Seorang jenderal senior Iran, Esmail Kosari, menyatakan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan opsi menutup Selat Hormuz, jalur penting pengiriman minyak dunia, sebagai bentuk balasan atas serangan Israel. Langkah ini dipandang sebagai tekanan besar terhadap pasar energi global.
Dampaknya mulai terasa, dengan harga minyak global melonjak hingga 9% akibat kekhawatiran terganggunya ekspor dari kawasan Teluk.
Presiden AS Donald Trump mengeluarkan peringatan keras kepada Teheran namun tetap membuka ruang diplomasi jika Iran mau menurunkan level program nuklirnya secara drastis. Namun, situasi di lapangan semakin kompleks karena kedua pihak terus melancarkan serangan.
Organisasi HAM Israel, B’Tselem, mengkritik keras kebijakan pemerintah Netanyahu yang dinilai lebih memilih jalur militer ketimbang diplomasi.
Militer Israel berdalih bahwa serangan ini bertujuan mencegah Iran mencapai tahap akhir dalam produksi senjata nuklir. Namun, Teheran membantah dan menegaskan bahwa program nuklirnya murni untuk kepentingan sipil. Meskipun begitu, laporan IAEA baru-baru ini menyebut bahwa Iran telah melanggar kesepakatan Non-Proliferation Treaty (NPT).
Netanyahu menyatakan operasi ini akan berlanjut selama beberapa minggu hingga “ancaman terhadap Israel dihapuskan.” Iran, di sisi lain, mengancam akan menyerang negara-negara yang membantu Israel.
Dengan dua proksi utama Iran, Hamas dan Hizbullah, mengalami pelemahan, kapasitas respons Iran mungkin terbatas. Namun, kekhawatiran global akan perluasan konflik terus meningkat.
“Baca Juga: Waspadai Kandungan Garam dalam Makanan Olahan Anak!”
This website uses cookies.