5Blogger – Inovasi teknologi AI China semakin memperkuat posisinya sebagai kekuatan utama dalam perkembangan kecerdasan buatan (AI). Meskipun menghadapi sanksi dan pembatasan teknologi dari Amerika Serikat (AS), China terus meluncurkan berbagai produk AI yang siap menantang dominasi AS di industri ini. Teknologi-teknologi seperti DeepSeek hingga Hunyuan-T1 telah mencuri perhatian dunia. Dengan ambisi besar, China semakin agresif membangun ekosistem AI-nya, yang diperkirakan akan semakin memanaskan persaingan global.
DeepSeek merupakan salah satu gebrakan terbesar yang dikeluarkan oleh China dalam dunia AI. Dikembangkan oleh perusahaan rintisan High Flyer di Hangzhou, DeepSeek muncul sebagai pesaing serius bagi OpenAI dan Google di pasar global. Dengan kemampuan dalam menganalisis data, menjawab pertanyaan, dan membuat konten kreatif, DeepSeek langsung meraih popularitas. Aplikasi ini menduduki peringkat pertama di Apple App Store di 111 negara dan Google Play Store di 18 negara. Model AI DeepSeek, seperti DeepSeek V3, memiliki arsitektur Mixture-of-Experts (MoE) dengan 671 miliar parameter, membuatnya lebih efisien dalam konsumsi daya komputasi.
“Simak Juga: Mike Tyson Mengunjungi Bali, Rencana Buka Kafe di Indonesia”
Model lanjutan DeepSeek, DeepSeek R-1, bahkan dirancang untuk menjalankan tugas-tugas kompleks dengan chip AI spesifikasi rendah, namun tetap memiliki performa luar biasa. Efisiensi pengembangannya yang lebih murah dibandingkan GPT-4 menunjukkan potensi besar DeepSeek untuk menggoyang pemain besar di industri ini. Kejutan terbesar datang pada Januari 2025, ketika lonjakan popularitas DeepSeek membuat saham Nvidia, penyedia chip AI terbesar dunia, merosot drastis hampir 17 persen.
Manus AI, agen kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh startup Monica, diluncurkan pada Maret 2025. Berbeda dengan asisten AI tradisional, Manus AI dapat menjalankan tugas secara otomatis tanpa arahan berulang dari pengguna. Dengan kemampuan merencanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara mandiri, Manus AI mampu mengerjakan tugas seperti menulis laporan, menganalisis data, atau merancang rencana perjalanan. Sistem multi-agen Manus AI memecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang dikerjakan secara paralel, menjadikannya lebih efisien dibandingkan AI konvensional. Keunggulan Manus AI juga terletak pada kemampuannya bekerja di cloud, bahkan saat pengguna offline.
Baidu juga tidak ketinggalan dengan meluncurkan model AI canggih, ERNIE, yang kini hadir dalam versi terbaru, ERNIE X1 dan ERNIE 4.5. ERNIE X1 unggul dalam menyelesaikan masalah kompleks dengan pendekatan bertahap, sementara ERNIE 4.5 mampu mengolah berbagai jenis data, termasuk teks, gambar, audio, dan video. Baidu berencana untuk merilis model-model ini sebagai open-source pada pertengahan 2025.
Sementara itu, Alibaba meluncurkan Qwen 2.5, yang terdiri dari beberapa varian seperti Qwen 2.5-Max dan Qwen 2.5-VL. Model ini mampu memahami data dalam berbagai format, termasuk teks, gambar, dan video panjang. Qwen 2.5-Max bahkan berhasil mengalahkan performa GPT-4 dalam pengujian yang membutuhkan deduksi logis. Ini menunjukkan bahwa Alibaba semakin serius bersaing di pasar AI.
Tencent tidak ingin ketinggalan dengan meluncurkan Hunyuan-T1, yang menunjukkan performa unggul dalam mengolah dokumen teks panjang dengan kesalahan rendah. Model ini diklaim mampu mengalahkan DeepSeek dan GPT-4 dalam hal pengetahuan dan penalaran logis. Dengan fokus pengembangan yang agresif, Tencent berkomitmen untuk memperbesar investasi dalam bidang AI. Hal ini menandakan bahwa persaingan di industri AI China semakin memanas.
ByteDance, induk TikTok, juga memperkenalkan Goku AI, model AI open-source yang dirancang untuk menghasilkan gambar dan video realistis. Goku AI mampu menghasilkan konten visual yang nyaris menyerupai video nyata dengan teknologi Rectified Flow Transformer (RFT), menjadi pesaing serius bagi OpenAI Sora dan Google Veo.
Dengan berbagai inovasi ini, China tidak hanya menunjukkan kemampuan teknologinya. Namun, juga menegaskan ambisi untuk menggoyang dominasi AS dalam dunia AI. Persaingan yang semakin ketat mendorong perusahaan-perusahaan China untuk terus berinovasi, memperbesar investasi, dan memperkenalkan model-model AI yang lebih efisien serta canggih. Ke depan, kita mungkin akan menyaksikan pergeseran kekuatan di industri teknologi global, dengan China semakin mendominasi bidang kecerdasan buatan.
“Baca Juga: Astenopia, Kenali Sindrom Mata Lelah”
This website uses cookies.